Sebuah Refleksi Perjalanan Iskandar Lakamau Dalam Perhelatan Pilkada Alor 2024

oleh -225 Dilihat
oleh
Suasana Damai Paket Simpati Mengunjungi Iskandar Rocky

‘ jiwa yang teguh dan percaya’
‘Kapitan Gunung Besar’
Ketika tangan manusia menutup pintu,
Langit menggema janji yang tak pernah surut.
Senin kelabu di bulan Agustus,
Harapan tertatih di bawah berat kekecewaan,
Namun, di balik awan gelap,
Doa menggema di altar yang abadi.
Keluarga menangis, pelukan penuh luka,
Tapi Iskandar berdiri, wajahnya tenang.
“Beri ruang bagi Tuhan bekerja,” katanya,
Sebuah janji dari bibir yang penuh iman.
Esoknya, mujizat menggetarkan bumi.
Dari tempat yang dianggap kecil,
Sebuah pintu terbuka,
Partai-partai tanpa kursi berdiri.
Iskandar, sang pejuang,
Melangkah dalam panggilan baru.
Namun jalan tidak mudah,
Badai menghadang, tiket hilang.
Laut memanggilnya dengan gelombang kecil,
Bodi Jolor, perahu nelayan sederhana,
Saksi keberanian di lautan,
Menjadi alat Tuhan membelah jalan.
Malam itu, di bawah langit penuh bintang,
Doa-doa terlantun dalam diam tanpa henti,
Empat jam berlayar menuju takdir,
Mengarungi laut penuh misteri,
Gunung Besar menangis, namun berharap.
Mengirimkan putranya yang takkan mundur.
Di Kupang, ia melangkah lebih jauh,
Jakarta menyambut dengan tangan terbuka.
Rocky, sang penolong, hadir sebagai sahabat,
Berdua melangkah, penuh keyakinan hati.
Mengukir nama mereka dalam sejarah.
Arak-arakan penuh semangat, penuh syahdu,
“Ini mujizat Tuhan.”
Is The Rock nama yang menggema, menjadi simbol harapan
Puluhan ribu menyambut di Nusa Kenari
Membawa nama, membawa visi,
Untuk sebuah negeri yang rindu keadilan.
Firman itu menjadi nyata,
Yang terakhir kini di depan,
Seperti Musa membelah laut dengan tongkat,
Iskandar membelah ketidakmungkinan dengan tekad,
Dengan iman sebesar gunung,
Dan perahu sekecil doa yang tak henti.
Matahari naik, matahari turun,
Gunung Besar memelukmu dalam restu tak berujung,
Kau adalah cahaya, bupati yang dinanti,
Kapitan Abuy Neng, untuk Alor yang diberkati.
IS THE ROCK dari gunung turun bawa kekuatan,
Sapa yang lawan, jatuh sendiri
Dada kuat bukan sekadar cerita,
Minum kopi Arabika, isap daun koli, energi tak terkira..
Makan ubi dengan sambal ketam yang pedas,
Senyum lebar di wajah, jiwa tetap bebas,
Ladang dan gudang menunggu sentuhan tangan,
Gunung besar, saksi perjuangan yang tak tertahan.
Kemenangan itu pasti,
Bukan karena kata, tapi karena hati,
Gunung besar menguatkan, tanah Alor memberkati,
Mari kembali, lego-lego menari di puncak ini.
Gunung ini rumah, dan berkebun adalah nyanyian.
Hari ini, sejarah menulis dengan tinta emas,
Anak Gunung Besar, berdiri gagah di atas puncak,
Abuy Neng, sang kapitan, mahkota bulu ayam di kepala,
Kelewang di tangan, cakalele jadi bahasa.
Pisang bakar dan kenari telah menyatu,
Dalam tulang-tulang yang kokoh menolak mundur,
Tak ada angin, badai, atau ombak yang mampu meruntuhkan,
Ikatan lego-lego, rantai jiwa yang tak mungkin diputuskan.
Kini, angin mengantar musim yang baru,
Langit Nusa Kenari melukis restu,
Bunga pinang mekar, aroma cengkeh menyebar,
Dari Pantar, Pura, hingga Kabola, semuanya bersinar.
Seisi Nusa Kenari bersorak,
Kemiri bergoyang, kelapa menari,
Kapitan telah datang, membawa berkat bagi negeri,
Bunga melingkar di lehermu, harum kenari jadi saksi,
Kau yang dipanggil dari tangisan ibu di pangkuannya,
Kini menjadi jawaban Nusa Kenari, negeri seribu moko
Sang pemimpin dari jutaan doa yang terhimpun.
Kini Lego-lego bergema, nenek moyang bersuka,
Gunung Besar berdiri, tak tergoyah tak tersiksa,
Anak gunung besar kini menantang dunia,
Dalam nama Tuhan, ia memimpin Alor dengan cinta.
Teruslah melangkah,
Iskandar Lakamau dan Rocky Winaryo,
Kalian pemimpin yang datang dari doa dan asa.
Perjalanan ini bukan milik manusia,
Tapi milik Tuhan, yang mengangkat rendah hati,
MokoBesar
oleh : Pdt Kolmalei Kol Manimabi, S.Th

Tentang Penulis: Redaksi

Gambar Gravatar
Media ini adalah Citizen Journalism yang hadir dengan Gaya Milenial | Kontak Redaksi, E-mail : lensanusakenari@gmail.com | Alamat : Fanating, Alor, NTT