Guru Besar Undana Ini Ternyata anak Petani, Mari Kenal Prof. Dr.Drs. Malkisedek Taneo,M.Si dan Kisah Inspiratifnya

oleh -232 Dilihat
oleh
Prof. Dr. Drs. Malkisedek Taneo, M.Si

Oleh: Alberto Linbes Kuluantuan, Mahasiswa Semester V Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Undana

OPINI — Menginspirasi dan membangkitkan semangat, itulah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan perjalanan hidup Prof. Dr. Drs. Malkisedek Taneo, M.Si. Sebagai seorang putra Nusa Tenggara Timur (NTT), beliau telah membuktikan bahwa kerja keras, ketekunan, kerendahan hati, dan kepercayaan kepada Tuhan adalah pilar-pilar yang membawa seseorang dari kesederhanaan menuju puncak prestasi akademik.

Perjalanan hidup Prof. Dr. Drs. Malkisedek Taneo, M.Si, seorang Guru Besar Universitas Nusa Cendana yang akan dikukuhkan Selasa, 3 Desember 2024 ini adalah potret keberhasilan yang lahir dari perjuangan, kesederhanaan, dan keteguhan hati. Lahir di Desa Mnelalete, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), NTT, pada 2 April 1967, beliau menjadi salah satu putra terbaik yang mampu membawa nama daerahnya ke tingkat nasional. Kisah hidupnya, mulai dari anak petani sederhana hingga menjadi dekan selama dua periode di FKIP Undana, adalah bukti nyata bahwa pendidikan dan kerja keras mampu mengubah nasib seseorang.

Masa kecil beliau penuh perjuangan, berjalan kaki sejauh 2-6 kilometer ke sekolah, belajar dengan penerangan pelita, dan merendam kaki di ember untuk tetap terjaga, yang berfilosofi “meski cahayanya kecil, ia cukup untuk menerangi jalan menuju masa depan. Setiap keterbatasan adalah ujian bagi tekad, dan setiap kerja keras adalah investasi menuju cahaya yang lebih terang”. Prinsip hidup sederhana tetapi tegas, seperti “kerja dulu kita punya, baru kerja orang punya,” yang diajarkan oleh orang tuanya, menjadi pedoman dalam menapaki jalan panjang menuju kesuksesan.

Prinsip hidup yang diajarkan orang tuanya, “meup on ate, tah on usif” (kerja seperti hamba, makan seperti raja), menggambarkan etos kerja yang sederhana namun penuh makna. Dengan disiplin dan kesederhanaan, beliau telah menunjukkan bahwa kemiskinan bukanlah penghalang untuk meraih mimpi besar.

Mnelalete, desa tempat kelahiran Prof. Taneo, terletak 10 kilometer dari Kota So’e, sebuah daerah yang dikenal dengan udara dinginnya. Dibesarkan dalam keluarga petani dengan enam saudara kandung, beliau menjalani masa kecil yang penuh tantangan. Pendidikan dasar hingga menengah ditempuh dengan berjalan kaki sejauh 2-6 kilometer setiap harinya. Dalam kondisi terbatas, keluarga Taneo mengandalkan hasil kebun dan sawah untuk membiayai pendidikan anak-anaknya. Kisah ini mencerminkan perjuangan keluarga sederhana di Indonesia Timur, yang sering kali harus memilih antara kebutuhan sehari-hari dan investasi pendidikan.

Sebagai anak kelima dari tujuh bersaudara, hanya tiga dari mereka yang menempuh pendidikan tinggi, termasuk Prof. Taneo. Hal ini menunjukkan betapa besar pengorbanan keluarga dalam mendukung cita-cita pendidikan, meskipun hidup mereka penuh keterbatasan.

Keputusan untuk melanjutkan pendidikan ke Universitas Nusa Cendana pada tahun 1987 adalah awal dari perjalanan besar Prof. Taneo. Ia memilih Program Studi Pendidikan Sejarah. Keputusan ini didorong oleh nasihat sang ayah agar ia menjadi guru, sebuah profesi yang dipandang mulia oleh keluarga mereka. Berasal dari latar belakang yang sangat terbatas, beliau harus bekerja keras untuk membiayai hidupnya selama masa kuliah, ia merasakan tantangan berat, terutama soal keuangan. Dari menjadi kenek angkutan umum (konjak oto), buruh kebun, hingga pekerja serabutan menggali got, semua dijalani demi bertahan hidup.

Pada saat bersamaan, beliau tetap menjaga fokus pada studi, hingga mendapatkan beasiswa ikatan dinas dengan persyaratan akademik yang ketat (IPK di atas 2,75). Ketekunan ini menunjukkan kombinasi unik antara daya juang dan kecerdasan intelektual yang dimiliki Prof. Taneo.

Setelah menyelesaikan gelar S1 pada tahun 1992, Prof. Taneo mulai mengabdi di Undana untuk membantu mengajar, meski sempat ditempatkan sebagai guru SMA di Sabu. Berkat bimbingan dan dukungan dari para pimpinan fakultas, beliau berhasil menjadi PNS pada tahun 1994 dan ditugaskan tetap di Undana. Ini menjadi awal dari perjalanan panjangnya di dunia akademik.

Kesempatan studi lanjut datang pada tahun 1998, ketika beliau mendapatkan beasiswa S2 di Universitas Airlangga. Program studi Ilmu-ilmu Sosial yang diambilnya semakin memperluas wawasan dan keahliannya dalam bidang pendidikan. Setelah menyelesaikan S2 pada tahun 2001, beliau melanjutkan pengabdian di Undana dan aktif dalam berbagai jabatan strategis, seperti Ketua Jurusan dan Wakil Dekan III.

Pada 2013, ia melanjutkan studi S3 di Universitas Negeri Malang (UNM) dengan dukungan Memorandum of Understanding (MoU) antara Undana dan UNM. Ia mengambil Program Teknologi Pembelajaran dan menyelesaikannya pada 2016. Gelar doktor ini menambah kredibilitasnya sebagai akademisi, sekaligus mempertegas dedikasinya untuk terus belajar dan mengabdi. Perjalanan ini menunjukkan bahwa komitmen untuk belajar tidak pernah pudar meskipun tanggung jawab sebagai dosen dan pemimpin terus bertambah.

Prof. Taneo tak hanya dikenal sebagai akademisi, tetapi juga pemimpin yang mumpuni. Ia pernah menjabat sebagai sekretaris jurusan, ketua jurusan, wakil dekan, hingga akhirnya menjadi Dekan FKIP selama dua periode (2018–2023 dan 2023–2027). Dalam setiap peran, ia membawa semangat pembaruan dan pengembangan yang berorientasi pada kualitas pendidikan.

Sebagai Dekan, Prof. Taneo telah membawa banyak perubahan dan inovasi dalam pengelolaan fakultas. Kepemimpinannya didasarkan pada prinsip kerja sama, kerendahan hati, dan fokus pada kualitas pendidikan. Dukungan penuh dari rekan sejawat di Undana membawanya pada langkah besar berikutnya: pengajuan gelar Guru Besar.

Meskipun awalnya hanya berniat naik pangkat ke golongan 4B, dorongan dari para kolega dan pimpinan di Undana membuatnya berani mengambil langkah lebih besar. Hal ini mencerminkan pengakuan luas terhadap kontribusi beliau di bidang pendidikan, baik secara akademik maupun manajerial.

Prof. Taneo selalu menekankan pentingnya berserah kepada Tuhan dalam setiap keputusan hidup. Ia mengutip pesan orang tuanya, “Silahkan kuliah, tapi sekolah jadi guru saja,” sebagai inspirasi yang terus mendorongnya untuk maju. Prinsip hidup sederhana, seperti hanya memiliki satu pasang sepatu atau tas hingga rusak, menggambarkan sikap rendah hati dan syukur atas apa yang dimiliki.

Selain itu, keterlibatannya dalam kegiatan kerohanian menunjukkan bahwa spiritualitas menjadi fondasi utama dalam membangun karakter dan visi hidupnya. Pengalaman hidup sebagai anak petani yang menjual hasil kebun ke pasar hingga menjadi pemimpin fakultas di perguruan tinggi adalah kisah nyata tentang kekuatan doa, usaha, dan harapan.

Kisah Prof. Taneo adalah refleksi dari banyak anak-anak di Indonesia Timur yang memiliki potensi besar, tetapi sering terkendala oleh keterbatasan ekonomi. Dalam perjalanan hidupnya, beliau membuktikan bahwa pendidikan adalah jalan terbaik untuk keluar dari lingkaran kemiskinan. Lebih dari itu, Prof. Taneo menunjukkan bahwa kesederhanaan dan kerja keras dapat membawa seseorang mencapai puncak kesuksesan.

Sebagai Guru Besar, beliau bukan hanya menjadi representasi keberhasilan individu, tetapi juga menjadi inspirasi bagi mahasiswa, dosen, dan masyarakat luas. Dedikasi beliau untuk pendidikan, baik sebagai dosen maupun pemimpin, akan terus menjadi warisan yang berharga bagi Universitas Nusa Cendana dan dunia akademik di Indonesia.

Prof. Dr. Drs. Malkisedek Taneo, M.Si adalah simbol harapan dan inspirasi bagi generasi muda, khususnya di Nusa Tenggara Timur. Melalui kisah hidupnya, kita belajar tentang pentingnya pendidikan, kerja keras, dan doa dalam mengatasi segala tantangan. Dengan pencapaian dan kontribusinya, beliau tidak hanya membawa kehormatan bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi Undana dan masyarakat NTT secara keseluruhan. Prof. Dr. Drs. Malkisedek Taneo, M.Si adalah bukti nyata bahwa dengan ketekunan dan iman, semua mimpi dapat diwujudkan.***

Sumber : undana.ac.id

Tentang Penulis: Redaksi

Gambar Gravatar
Media ini adalah Citizen Journalism yang hadir dengan Gaya Milenial | Kontak Redaksi, E-mail : lensanusakenari@gmail.com | Alamat : Fanating, Alor, NTT