Kalabahi – Dari Pelosok Negeri, Ketua Ikatan Keluarga Ombay (IKO) Jakarta Yeri Bantara siap berjuang untuk Alor melalui Senayan.
“Jika Kita Tidak Memiliki Wakil Kita di Senayan (maksudnya DPR RI) maka jangan berharap kita akan diberikan porsi kue pembangunan yang besar, kita hanya diberikan sepotong roti sekedar untuk mengganjal perut,” demikian ungkapan kiasan pendek Yeri Bantara.
Menyebut atau mendengar nama Yeri Bantara, mungkin bagi sebagian warga masyarakat di Bumi Nusa Kenari, Kabupaten Alor belum mengenal sosok sesungguhnya siapa sebenarnya seorang Yeri Bantara.
Namun nama ini bagi warga masyarakat NTT umumnya, dan Kabupaten Alor khususnya yang merantau atau tinggal di Pulau Jawa, ketika menyebut nama tersebut maka tidak asing lagi ditelinga mereka. Orang yang mengenalnya pasti langsung memberikan tanggapan atau pengakuan positif terhadap sosok muda ini.
Memang sepintas belum mengenalnya secara dekat terlihat penampilannya biasa-biasa saja, namun ketika telah bertemu dengannya, dibalik penampilan sederhananya itu pria dengan nama lengkap Yerimoth Bantara, SH., MH., ini menyimpan banyak pesona menarik yang menjadi magnet motivasi hidup atau pelajaran hidup bagi generasi saat ini untuk menata kehidupannya menjadi orang yang berguna atau berhasil ditengah kerasnya kehidupan saat ini.
Motivasi hidup apa yang ia miliki? setidaknya perjalanan panjang kisah hidup Yeri Bantara sebagai seorang anak desa di pelosok negeri ini, kemudian dengan motivasi pendidikannya yang tinggi, lalu saat ini dapat “menaklukkan” kerasnya kehidupan Ibu Kota Jakarta dengan menjadi seorang Lawyer atau Advokat yang sangat diperhitungkan.
Bukan berlebihan, ketika mengenalnya selain Ia memiliki sikap sederhana, namun juga Ia dikenal memiliki sifat rendah hati. Ini dibuktikan ketika berbincang dengannya meski seorang Yeri memiliki jam terbang tinggi alias makan garam pengalaman banyak di Ibu Kota Negara namun Ia tidak egois dalam diskusi atau hemat bicara, Ia menghormati pendapat lawan bicara.
Semakin lama terlibat obrolan dengannya, suasana semakin asyik, pikiran-pikiran bernas tentang konsep membangun kampung halaman hingga ceritera tentang kisah hidup hingga pekerjaannya sebagai seorang advokat, dan membangun hidup persaudaraan ditanah rantauan sebagai Ketua IKO (Ikatan Keluarga Ombay), sebuah organisasi paguyuban sebagai wadah berkumpulnya orang Alor yang hidup di Jakarta dalam mengurus berbagai kegiatan terutama tentang masalah suka dan duka menjadi sekolah hidup bagi masyarakat.
Dari perkenalan dengannya baik secara langsung maupun melalui ceritera-ceritera orang, gambaran kehidupan seorang Yeri Bantara saat ini telah tuntas artinya secara jasmani dan rohani telah terpenuhi, apalagi secara materi. Namun masih ada ganjalan di hati Yeri yang belum terpenuhi, yaitu kerinduannya untuk membangun kampung halamannya, Negeri Indah di Ujung Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Negeri Kepulauan dengan julukan Seribu Moko, Alor Manis e.
Berjuang Ke Senayan
Ditengah keberhasilan hidup yang diraih di tanah rantauan, namun sebagai anak Alor hatinya terus gundah-gulana memikirkan akan kesejajaran pembangunan ditanah kelahirannya dengan daerah lain.
Spirit kerinduan untuk berbuat lebih bagi daerahnya ini telah tumbuh sejak Yeri masih remaja. Ia memiliki cita-cita setinggi langit untuk menjadi orang yang berguna, namun Yeri sadar mimpinya bisa terwujud dengan pendidikan yang baik.
Tekad Yeri untuk dapat mengabdi bagi daerahnya merupakan bagian dari sebuah perjalanan ceritera panjang, bagaimana seorang Yeri ketika masih usia sekolah di kampungnya di Kolana (saat ini merupakan batas negara) ingin datang ke Kalabahi (Ibu Kota Kabupaten Alor), belum ada infrastruktur dan transportasi darat yang memadai, sehingga harus menggunakan jasa perahu motor dan berjalan kaki bermil-mil.
Untuk itu, setelah menamatkan SMP, Yeri yang beranjak remaja dengan tekad yang kuat harus melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi. Karena Yeri menyadari dengan pendidikan dapat merubah kehidupan ini menjadi lebih baik. Yeri akhirnya dengan tekadnya yang bulat dan restu orang tua mengarungi lautan berlayar ke Liquisa, sebuah Kabupaten di Provinsi Timor-Timur, sebelum Provinsi ke-27 ini pisah dari NKRI. Dari Liquisa kemudian Yeri ke Dili dan melanjutkan pendidikan di sebuah sekolah Kejuruan di daerah itu, di SMEA Negeri Dili pada tahun 1998.
Setelah tamat SMEA, Yeri mencoba merajut nasib di Dili, namun waktu berkata lain karena Timor-Timur harus menjadi negara sendiri lepas dari NKRI pada tahun 1999. Atas tragedi sejarah itu, Yeri akhirnya tinggalkan Timor-Timur dan hijrah ke Pulau Dewata. Di Pulau ini Yeri menjalani sejumlah usaha dan pekerjaannya.
Ditengah usaha dan kerja kerasnya, namun tekad Yeri untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi terus bergelora dihatinya. Sehingga dengan semangat membara, Yeri berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi, Ia kuliah di Perguruan Tinggi di Jakarta, dan akhirnya Jenjang S1 dan S2 dengan spesialis hukum diraihnya di Jakarta, hingga mengantarnya menjadi seorang advokat handal dan diperhitungkan.
Ditengah tugasnya sebagai seorang Advokat, namun Yeri tetap mengikuti perkembangan pembangunan dan kehidupan masyarakat di kampung halamannya. Masyarakat yang masih hidup dengan segala keterbatasan dan lilitan masalah yang masih ada, membuat Dirinya iri melihat pembagian porsi kue pembangunan yang tidak merata ke Kabupaten Alor, meski banyak aspirasi dari masyarakat yang telah disampaikan melalui perwakilan Parlemen yang duduk di kursi Senayan (istilah bagi anggota DPR RI).
Mengapa aspirasi atau usulan-usulan dari masyarakat Kabupaten Alor hampir tidak terjawab, bahkan peristiwa yang paling tragis ketika pada awal tahun 2023 ada anggaran atau alokasi dana Inpres untuk pembangunan infrastruktur jalan di NTT yang digelontorkan ke NTT sebesar Rp. 800 Miliar lebih, namun sayang Kabupaten Alor tidak mendapat porsi ini. Kemudian hal ini tidak ada orang yang mempertanyakan, mengapa sebagian besar kabupaten di NTT kebagian dana Inpres ini, tetapi Kabupaten Alor tidak. Oleh karena itu sangat penting saat ini sudah harus ada orang Alor yang duduk di kursi DPR RI.
Untuk itu, setelah melewati perenungan dan pemikiran yang matang, Yeri kemudian memutuskan untuk Ia harus membantu masyarakat di daerahnya dengan tindakan nyata dan kongkrit. Hal ini bisa dilakukan dengan cara bahwa Ia harus berada dalam bagian kekuasaan untuk memiliki kewenangan, power untuk membantu masyarakat dan daerah melalui program pembangunan yang ada.
Atas hasrat itu, maka saat ini Ia tengah menata impian atau kerinduannya untuk dapat membangun kampung halamannya dengan cara untuk dapat berbakti untuk negerinya, dirinya berusaha untuk memperjuangkan aspirasi dan pembangunan di daerahnya melalui Senayan atau menjadi Anggota DPR RI.
Singkat kata, Yerimoth Bantara, SH., MH., saat ini tengah berjuang menuju ke Senayan dengan bergabung bersama Partai Politik PPP Dapil I NTT.
Profil singkat Yeri Bantara
Nama : Yerimoth Bantara, SH., MH
TTL : Merebasa, Kolana 7 Desember 1979
Istri : Sofia Sintike Samau Nanggula
Anak : Fitaria Bantara (Kuliah), Jenny Ivonella Bantara (SMA), Helena Sarai Bantara (4 tahun).
Ayah : Isak Bantara
Ibu : Oriana Molana Bantara
Saudara : Oscar Bantara, Thomas Davidson Mikidori, Teroli Bantara.
SD : SDN Kanaumana tamat tahun 1992
SMP : SMP Negeri Maritaing tamat tahun 1995
SMA : SMEA Negeri Dili tamat tahun 1998
Kuliah : S1 dan S2 di Jakarta.
Editor: Markus Kari